MEDAN
Ketua Ikatan Sarjana Al Wasliyah Sumatera Utara, Muhammad Abduh, mengungkapkan, debat pertama calon Walikota Medan yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Medan, Jumat malam (08/11/2024) berhasil menarik perhatian luas masyarakat.
Dalam debat yang berlangsung di Hotel Four Points Jalan Gatot Subroto Medan ini, berbagai permasalahan mendasar kota Medan menjadi sorotan utama.
Dua kandidat, Prof. Ridha Dharma (nomor urut 2) dan Hidayatullah (nomor urut 3), menyoroti tantangan utama yang dihadapi Medan, seperti banjir yang semakin parah, tingginya angka kemiskinan, lonjakan kasus narkoba, serta kemacetan akut yang menghambat mobilitas warga.
Kritik tajam diarahkan kepada petahana, Bobby Afif Nasution, terkait langkah-langkah konkrit yang telah diambil selama masa jabatannya dalam mengatasi persoalan-persoalan ini.
“Kedua kandidat mengkritisi kinerja Bobby Afif Nasution dan mempertanyakan solusi nyata yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan Medan,” ujar Muhammad Abduh.
Dalam debat tersebut, baik Prof. Ridha maupun Hidayatullah menawarkan visi dan misi masing-masing yang menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan warga dan manajemen lalu lintas yang lebih baik.
Mereka juga mengkritisi kebijakan pembangunan yang dianggap terlalu fokus pada infrastruktur fisik tanpa memperhatikan pengembangan sumber daya manusia.
Menurut mereka, sebagai kota metropolitan, Medan seharusnya tidak menyandang predikat kota dengan angka kemiskinan tertinggi di Sumatera Utara.
Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara pembangunan fisik dan sosial yang terjadi di bawah kepemimpinan Bobby.
Salah satu topik yang cukup panas dalam debat adalah permasalahan narkoba. Bobby, yang kini juga mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Utara, mengungkapkan keprihatinannya atas tingginya kasus narkoba di provinsi tersebut.
Namun, pernyataan ini memunculkan kritik, mengingat Medan saat ini menjadi salah satu wilayah dengan angka kasus narkoba tertinggi di Sumatera Utara.
Di sisi lain, calon wakilnya, H. Surya, adalah Bupati Asahan, wilayah yang dikenal sebagai jalur masuk narkoba melalui pelabuhan tikus dari Malaysia.
Menurut para pengamat, permasalahan narkoba di Medan memerlukan solusi komprehensif, mengingat masalah ini melibatkan jaringan lintas negara dan harus ditangani secara terpadu di tingkat nasional, tidak hanya bergantung pada komitmen pemimpin daerah.
Kemacetan lalu lintas di Medan juga menjadi fokus kritik. Kandidat nomor urut 2 dan 3 menilai bahwa kemacetan di kota ini semakin parah dan sudah pada tingkat akut.
Hal ini semakin diperburuk dengan kebijakan penyempitan jalan di pusat kota yang dinilai kurang tepat dalam mengakomodasi peningkatan jumlah kendaraan.
Meskipun Bobby Afif Nasution mendapat kritik tajam atas kinerjanya dalam memimpin Medan, pencalonannya dalam Pilgub Sumatera Utara 2024 tetap menjadi hak politik yang harus dihormati.
Beberapa tokoh masyarakat, akademisi, dan pengamat politik lokal diharapkan dapat memberikan pandangan objektif terkait permasalahan ini serta dampaknya terhadap kesejahteraan warga Medan.
Debat ini telah membuka ruang diskusi bagi masyarakat Medan untuk menilai kinerja calon pemimpin mereka dan mempertimbangkan solusi yang paling efektif untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada di kota ini.(red)