Opini oleh : Ozy Rizki SE (Penulis adalah pemerhati sosial politik/juru bicara Aceh Development Club)
MANTAN Bupati Aceh Selatan Tgk Amran digadang-gadangkan sebagai penantang kuat bakal calon Bupati Aceh Selatan. Bagaimana tidak selain berstatus sebagai incumben, Tgk Amran berhasil mengantongi surat dukungan dari 2(dua) partai lokal pemenang pemilu 2024 yakni Partai Nanggroe Aceh (PNA) dan Partai Aceh(PA).
Kendatipun demikian, keberhasilan Tgk Amran-Akmal AH (AMAL) merebut rekomendasi PA dan PNA dari pasangan calon Darmansyah-Sudirman justru terlihat menjadi preseden yang menoreh luka. Sudirman atau akrab disapa mamak Sudir seorang mantan kombatan yang selama ini dikenal sebagai kader setia Partai Aceh harus menelan pil pahit karena ditinggalkan Partai yang dibesarkannya.
Tragedi ini justru menumbuhkan rasa empati dan solidaritas dari sesama kader dan simpatisan PA Aceh Selatan untuk menguatkan semangat kesetiakawanan dalam perjuangan, dimana duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Hal itu pula yang membuat KPA, kader dan simpatisan PA dari berbagai pejuru Aceh Selatan terutama Kluet Raya berbondong-bondong dengan semangat persahabatan hadir mengantarkan pasangan IDAMAN pada rabu 28 Agustus 2024 ke kantor KIP untuk mendaftarkan diri di Pilkada Aceh Selatan, walaupun harus berjibaku dengan baju dan bendera partai Nasdem, dan bukan lagi bendera parlok yang selama ini menghiasi langkah politiknya.
Keberhasilan pasangan AMAL merebut rekomendasi PNA juga sedikit tidaknya membuat para pendukung setia Irwandi merasa kurang simpati. Pasalnya, dukungan murni Irwandi Yusuf sebagaimana video yang beredar diberikan kepada IDAMAN, namun hal itu terhambat oleh aturan partai dan persetujuan mahkamah partai yang mengarahkan dukungan kepada pasangan AMAL. Tentunya dinamika ini juga berpotensi menggerus lumbung suara PNA sebagai partai pemenang pemilu di Aceh Selatan, pasalnya tak sedikit simpatisan dan pemilih PNA merupakan masyarakat yang setia dengan sosok Irwandi yang dinilai sebagai pencetus program JKA.
Jika bicara isu bahwa pasangan AMAL hanya didukung partai lokal sehingga sulit membangun komunikasi ke nasional seperti pada periode kepemimpinan Tgk Amran sebelumnya, hal itu mungkin sedikit tidaknya akan dijawab dengan kehadiran dukungan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dikomandoi putra bungsu Jokowi. Hanya saja partai berlambang bunga mawar itu pada Pemilu 2024 lalu tidak berhasil mengantarkan perwakilannya ke Senayan, sehingga untuk mengoptimalkan komunikasi dan hubungan dengan DPR RI juga akan mengalami kendala. Belum lagi, akhir-akhir ini Partai besutan Kaesang Pangarep tersebut dilanda badai penolakan masyarakat terkait revisi undang-undang Pilkada yang dikait-kaitkan sebagai wacana untuk memuluskan ketua PSI calon Gubernur Jawa Tengah. Penolakan masyarakat terhadap Revisi UU Pilkada yang dinilai inkonstitusional itu juga berkemungkinan berimbas kepada calon kepala daerah yang diusung oleh partai yang mengaku sebagai lokomotif utama mendorong Kaesang maju di Pilkada Jawa Tengah, termasuk di Aceh Selatan.
Tak hanya itu, pada Pemilu 2024 yang lalu PSI Aceh Selatan juga tak berkontribusi apa-apa untuk pemenangan partai besutan putra Jokowi tersebut karena PSI menjadi partai tanpa caleg di Aceh Selatan. Sehingga sangat mustahil jika dijadikan andalan untuk menjemput anggaran pusat jika nantinya terpilih di Pilkada Aceh Selatan 2024. Belum lagi, sosok Wasekjen DPP PSI Yuli Zuardi Rais yang sempat diharapkan maju bersama Tgk Amran harus kandas di tengah jalan, karena Tgk Amran lebih memilih Akmal AH dari pada politisi muda Aceh Selatan di tingkat nasional sekaliber Yuli Zuardi Rais.
Kemudian, secara kebatinan masyarakat Aceh pada umumnya tentunya akan teringat dengan peristiwa revisi UU Pilkada itu dan berpotensi mempengaruhi sudut pandang masyarakat dalam menentukan sikap politik. Sehingga dapat dikatakan dukungan PSI kepada pasangan AMAL menghadirkan nilai plus sekaligus minus.
– Isu Primodialisme dan Pemilihan Calon Wakil Bupati
Sosok Tgk Amran yang menjadi satu-satunya calon Bupati dari wilayah Kluet Raya menjadi kekuatan tertentu bagi pasangan AMAL. Potensi pemilih yang mencapai lebih 50 ribu suara menjadi lahan empuk untuk diperoleh dengan mengandalkan isu putra Kluet Raya. Namun, fakta lainnya yang tak dapat dibantah bahwa selama Tgk Amran menjabat sebagai Bupati Aceh Selatan tak sedikit pula kekecewaan masyarakat Kluet Raya. Apakah isu tersebut masih mampu menggugah masyarakat atau masyarakat justru memilih berpikir cerdas dalam menentukan pilihannya.
Belum lagi, meskipun bukan sebagai orang nomor satu, putra Kluet Raya lainnya juga maju pada Pilkada kali ini sebagai calon wakil bupati, katakan saja Sudirman yang selama ini dikenal sebagai sosok setia kawan di kalangan mantan kombatan dan partai Aceh, ataupun sosok Baital Mukadis merupakan salah satu putra terbaik Kluet Raya dengan jiwa sosial tinggi yang berhasil menjadi pimpinan partai Demokrat Aceh Selatan.
Tak sebatas itu, bersembunyi pula khabar bahwa pasangan calon independen Hendri Yono akan merubah calon wakil bupati dan menggandeng politisi Kluet Raya yang berpengalaman di DPRK yakni Mirwan yang notebenenya merupakan putra Kluet Selatan dan satu kecamatan dengan Tgk Amran.
Hal yang tak kalah menarik untuk diperhatikan adalah keputusan Tgk Amran dalam pemilihan mantan Kadis Pendidikan Aceh Selatan Akmal AH sebagai pasangan calon wakil Bupati.
Sebagai seorang birokrat murni tentunya Akmal AH sangat cocok dan pantas mendampingi Tgk Amran dengan latar belakang politisi. Sehingga kehadiran Akmal diharapkan mampu mengisi kekurangan dan kelemahan Tgk Amran dalam tata kelola birokrasi dan pemerintahan sebelumnya. Pun demikian, selama menjabat di Birokrasi Akmal AH juga tidak menonjol secara prestasi, bahkan ketika pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) lalu dimana Akmal AH sebagai Ketua harian kontingen Aceh Selatan, namun yang dianggap publik dna para pengunjung bahwa sosok yang lebih berjasa adalah Teuku Mudasir atau disapa Cekmu, bahkan Akmal AH kurang mendapat perhatian. Hal itu dapat dilihat dari catatan digital di media maupun di media massa ataupun di media sosial.
Kemudian, secara geopolitik dipilihnya Akmal AH yang merupakan putra Labuhan Haji Barat juga semestinya terlihat keterwakilan wilayah. Namun secara kalkulasi politik, hal tersebut dinilai tidak mampu memberi tambahan suara bagi Tgk Amran sebagai calon Bupati. Pasalnya Tgk Amran dan Akmal adalah ceruk yang sama. Akmal AH dipilih atau tidak sebagai calon wakil bupati pasti tetap akan mendukung Tgk amran, karena seperti mereka berdua punya hubungan kekeluargaan yang erat (besan).
Namun Tgk Amran sebagai kandidat incumbet punya pertimbangan lain yang kita tidak tahu kenapa harus memilih Akmal AH, akan tetapi selama ini isu yang terbangun di publik dengan dipilihnya Akmal AH justru terkesan Tgk Amran ingin memimpin Aceh Selatan bersama keluarganya, bahkan beredar pembicaraan di masyarakat bahwa sosok Akmal AH sengaja diambil sebagai calon wakil Bupati untuk dipersiapkan sebagai wakil Bupati di periode selanjutnya sehingga dikaitkan dengan gaya politik Jokowi yang mempersiapkan keluarganya untuk mengisi kekuasaan yang akan ditinggalkan.
Terakhir, terlepas dari semua itu semua kandidat memiliki kesempatan yang sama untuk merebut hati rakyat termasuk Tgk Amran yang pernah menjabat. Namun, apakah kemenangan akan kembali berpihak kepadanya, hanya Allah yang maha tahu dan waktu yang akan menjawabnya.